Selasa, 30 November 2010

HARI MUSIK BALADA


Tinjau Sungai, Ngupi dan Nongkrong
bikin Lagu Sungai

Konser ala Balada

Sharing Bikin Lagu
Sebuah catatan manis kembali dituliskan oleh para musisi balada Bandung, lewat perayaan Hari Musik Balada 2010 pada Sabtu dan Minggu lalu (27-28/11). Didasari rasa kebersamaan dan kecintaan terhadap seni, lingkungan dan kehidupan disekitarnya, sejumlah musisi balada seperti Mukti Mukti, Ganjar Noor, Egi Fedly, Rizal Abdulhadi, Deu Galih serta teman-temannya berbaur dengan warga di sekitar bantaran sungai Cidurian, tepatnya di lingkungan RW 10 Desa Cukang Kawung Bandung.Kegiatan yang berlangsung selama dua hari berturut-turut ini disambut hangat oleh para warga setempat. Pejabat lingkungan dari mulai Ketua RT /RW, Lurah hingga Camat pun turut membantu dan mendukung penuh kegiatan tersebut.
Selain berkunjung dan berinteraksi langsung dengan para warga, diantaranya pada mereka yang mengelola industri kemasyarakan seperti industri rumahan Konveksi kaos, sablon , gitar, kelompok kesenian tradisi seperti Calung dan Reog... para musisi balada juga membuat lagu langsung bersama warga. Salah satu frame menarik yg juga menginspirasi para musisi balada adalah kekompakan para warga dalam menjaga dan membersihkan sungai Cidurian yang menjadi hulu sungai yg mengalir di Bandung. "Adanya Hari Musik Balada ini bisa dikatakan sebagai sebuah terjemahan yang sangat luas, bukan hanya sekedar perayaan musik, tapi juga tentang masyarakat dan kehidupannya, karena memang begitulah isi musik musik balada sesungguhnya" ungkap Ary Juliyant dalam sebuah obrolan santai. Ary Juliyant juga merupakan salah satu musisi balada yg kembali hadir dan sengaja datang dari Lombok untuk perayaan Hari Musik Balada ini.

Ungkapan senada mengenai Hari Musik Balada juga dilontarkan oleh Mukti Mukti yang berpandangan dan mengajak agar para musisi balada harus tahu serta mengenal masyarakat dan kehidupan disekitarnya dengan cara turun langsung dan berbaur dengan masyarakat itu sendiri. Bukan hanya pagelaran kecil dan sederhana yang sengaja dibuat diantara para musisi balada untuk saling meapresiasi karya-karyanya dan menjadi salah satu wujud perayaan Hari Musik Balada. Sebuah bentuk apresiasi untuk para warga juga dihadirkan. Lima lagu yang sebelumnya dibuat bersama-sama dengan warga berhasil dirampungkan dan dikemas dalam sebuah album yang kemudian diberikan langsung untuk para warga. Lagu-lagu tersebut adalah Sungai Cidurian (Mukti Mukti), Tak Mau Sungainya Kotor (Rizal Abdulhadi), Cai Bajigur Cidurian (Egi Fedly), Panchali (Deu Galih), dan Sungai (Deny Ing).

"Sebuah perayaan yang sangat berkesan saat kita bisa menemui dan berbaur langsung dengan para warga, tidak ada jarak hingga terasa suasana kebersamaan yang hangat dan mengalir begitu saja. Lewat lagu-lagu yang kita buat bersama itu salah satu cara kita meapresiasi dan menyemangati kegiatan para warga yang sebetulnya banyak menginspirasi kita juga" ujar Egi Fedly yang baru pertama kali dan merasa terkesan dilibatkan dalam perayaan ini.

Memang ada banyak cara yang bisa dilakukan saat kita bicara tentang perayaan. Namun sesuai dengan semangat musiknya, Hari Musik Balada dirayakan dengan bersahaja, penuh kebersamaan, saling menginspirasi, saling mengapresiasi, dan disanalah disebenarnya kemegahan sebuah perayaan itu hadir. (wai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar