Sabtu, 27 Februari 2010

Profile Pengusung Countrykuring

Dama Gaok: Bermusik adalah Beribadah dan Berproses



Bookmark and Share

uncluster-dama gaok

[Uncluster/Country]---Kebanyakan orang mengenal Dama Gaok sebagai pemusik jalanan yang lagu-lagunya sempat mewarnai album-album awal Iwan Fals, selebihnya orang mengenal Dama sebagai musisi pengiring Iwan Fals yang ketika bernyanyi karakter vokalnya dinilai sepintas mirip Iwan Fals. Padahal lebih dari itu semua, pemilik nama asli Dama Kasmita ini adalah juga salah satu orang yang mengawali catatan sejarah musik country di Indonesia. Bersama grup Bourest, Dama pertama kali memunculkan musik country di televisi. Disela-sela waktu santainya, Dama menyempatkan membuka obrolan dengan uncluster di rumahnya di daerah Kampung Rambutan, Jakarta pada Sabtu (26/12) malam.

Uncluster: Bisa sedikit bercerita bagaimana tepatnya awal karier bermusik Anda?
Dama Gaok: Kalau perjalanan saya di musik sebenarnya mengalir aja, waktu SMA saya pernah bikin vokal grup sendiri, sampai akhirnya bersama anak-anak ITB saya mencari musik yang bisa dikembangkan saat itu. Kemudian saya ikut Festival Sangkuriang Voice bersama grup saya, namanya Dakocan, dan waktu itu dapat juara pertama. Lalu saya pindah ke Jakarta, di sana saya suka ngamen di Taman Ismail Marzuki atau di Teater Terbuka, sampai akhirnya ikutan juga Festival Lagu Humor dan Festival Musik Country, di festival itu grup saya juara dua dan di sana juga saya ketemu Babadotan, grupnya Iwan Fals &Egi. Setelah dari situ saya mulai membantu Iwan dalam menggarap lagu-lagunya, salah satunya waktu mau ngegarap lagu 'Oemar Bakrie', saya ngasih masukan tentang gimana musiknya, saya sendiri agak bingung gimana ngejelasinnya, ya udah waktu itu saya ga tanggung-tanggung minta batuan Om Idris Sardie buat memunculkan irama biola yang saya maksud hahaha…ya akhirnya jadilah lagu 'Oemar Bakrie' yang seperti itu dan meledak dipasaran.

uncluster-dama gaok
Uncluster: Jadi Anda sendiri pernah punya berapa grup?
Dama Gaok: Cukup banyak, yang Dakocan itu tadi terus Chaplin, lalu sekitar tahun '84 sama Iwan saya pernah bikin grup bernama Kereta dan akhirnya sempat bikin album juga, terus sama grup Jakarta Country Music saya pernah bikin lima album, saya pernah gabung di Bourest dan ada beberapa album bersama mereka, kemudian ada Waygon Cowboys, Sundance Cowboys, Green Cowboys dan pernah bantu Tantowi Yahya juga.

Uncluster: Tentang Bourest, bisa cerita sedikit?
Dama Gaok: Hahaha nama grup itu sebenarnya kependekan dari nama daerah Budi Raya dan Sekitarnya, ada dua musik yang diusung sama Bourest, jazz dan country tapi player-nya yaa dibedain. Untuk yang jazz waktu itu ada Dian Paramana Putra, Cecep AS sama Dedy Dhukun, nah saya kebagian megang yang country-nya bareng sama Tom Slipi, Bambang Bule dan beberapa teman lain. Sampai akhirnya ada kesempatan untuk memunculkan musik country di TV, waktu itu sekitar tahun '82 TVRI yang minta dan saya sama teman-teman Bourest yang “versi” country ngisi.

Bagi komunitas country, Bourest memang punya track record tersendiri. Bersama Dama, grup yang membawakan irama country bluegrass itu cukup memberikan banyak referensi dan influence pada grup dan musisi lainya saat itu. Ary Juliyant pun sempat memaparkan kalau Bourest itu selalau mau menggali untuk menghadirkan musik yang bagus, dan terbukti setiap kali mereka tampil variasi musik yang dihadirkan begitu cantik.

Uncluster: Banyak orang lebih mengenal Anda sebagai “pendamping” Iwan Fals, kenapa Anda tidak mencoba untuk muncul sendiri saja?
Dama Gaok:: Hmm.. jujur masa-masa itu saya sebenarnya memang ingin lepas dari image itu, tapi ada kesulitan tersendiri. Saat itu, pasar atau industri pun tidak menginginkan adanya dua Iwan Fals yang muncul, yaa ada anggapan juga kalau karakter vokal saya juga mirip Iwan, padahal jelas-jelas Iwan punya talenta sendiri yang jauh lebih baik makanya dia jadi legend. Jadi yaa tambah susah, walaupun saya mencoba keras, akhirnya saya putuskan udah biarin ngalir ajalah. Dan saya senang bisa banyak membantu Iwan, saat penggarapan lagu bahkan juga konser, saya ingat beberapa konser Iwan waktu itu ada yang pernah dicekal dan ada yang rusuh, padahal kita sudah bikin persiapan panjang untuk itu..hahaha..

uncluster-Dama GaokSampai saat ini Dama masih belum bosan untuk konsisten dengan warna musik dan lirik-lirik lagunya yang berisikan kritikan sosial tentang KKN, keadaan dunia yang tidak menghargai jiwa manusia dan apapun yang ada disekelilingnya. Semuanya itu kemudian dia tuangkan bersama NEPS (Nafas Evaluasi Potret Sosial), band country ballad yang dia bentuk bersama putera-puterinya. Dan beberapa waktu lalu, mereka me-launching album pertamanya yang berjudul Satu Jiwa Satu Warna di rumah Iwan Fals.

Uncluster: Apa Anda memang sengaja mengarahkan anak-anak Anda untuk bermusik?
Dama Gaok:: Sebenarnya tidak seperti itu, tapi bakat mereka di musik memang sangat kuat. Rata-rata di umur tiga tahun mereka masing-masing sudah menunjukkan ketertarikan pada alat musik dan vokal, dan saya bangga karena terbukti sekarang mereka bisa menjadi luar bisa dengan apa yang membuat mereka tertarik. Saya sendiri hanya membekali mereka sepenuhnya dengan skill agar mereka benar-benar bisa menjadi sesuatu dan bermanfaat bagi orang lain, hanya itu.

Uncluster: Lalu, ide-ide karyanya darimana?
Dama Gaok: Saya menurunkan lagu-lagu saya dulu untuk NEPS, lagu-lagu yang masik berisikan kritikan sosial karena menurut saya kritik sosial itu tidak boleh mati. Mungkin dengan musik dan karya-karya semacam ini cukup sulit untuk masuk ke pasar, karena mereka akan bertanya “ini musik apa?”. Tapi saya dan anak-anak sepakat untuk muncul dengan warna musik seperti ini saat dimana orang-orang katanya lebih suka lagu-lagu cengeng hahaha…

Uncluster: Kabarnya Anda bergabung di album Kompilasi Country Kuring juga?
Dama Gaok: Ya, dari awal saya dikasih kabar dan diajak sama Egi saya langsung tertarik, alasannya selain karena project ini bagus saya juga sangat tahu betul track record seorang Egi Fedly, dia bisa dibilang salah satu orang yang masuk di sejarah awal country di Indonesia. Saya hanya berpikir untuk membantu teman, tanpa banyak bicara dan langsung berbuat, hasilnya saya kasih satu lagu untuk di album itu.

Dama sendiri mengangap perjalanannya di musik adalah bagian dari pada ibadahnya pada Tuhan, proses bermusiknya sendiri mengajarkan dia untuk terus berproses, tidak ada motivasi yang muluk-muluk, biarkan mengalir dan asal tahu apa yang bisa diberikan untuk keluarga, masyarakkat dan lingkungan. “Bagi saya bermain musik itu harus dewasa, cerdas, dan matang, bukan cuma menarik agar maksudnya bisa benar-benar sampai ke orang yang mendengar. Dan saat merasa makin jago, harusnya merasa makin malu,” ucapnya sambil tersenyum menutup obrolan. (teks:windi/foto:egi)


Rabu, 24 Februari 2010

Klip Countrykuring

Dan inilah mereka 16 pengusung Countrykuring

Senin, 22 Februari 2010


Alhamdulilah, akhirnya Project Album Kompilasi COUNTRYKURING bisa selesai, walau bergeser dari target Rilis ahir tahun 2009, target yang di canangkan ketika awal konsep Project ini ditawarkan pada bulan Juni 2009.
Softlaunch 28 februari 2010, Album kompilasi Countrykuring , lalu paling lambat 2 minggu setelahnya, Album ini sudah bisa didapatkan peminat di beberapa tempat, diantaranya :
BANDUNG :
-Galeri Ruang Putih Tikalika, Jl Bungur 37 Bandung
-Cafe Rumah Nenek, Taman Cibeunying
-Bluegrass Cafe, Jl Purnawarman Bandung
-Radio Mara
-Radio Chevy

LAMPUNG
-BABE Cafe & Resto

JAKARTA
-Koperasi SENIRUPA IKJ, cikini raya 73
- BTC, Bintaro

LOMBOK