Senin, 19 April 2010

Denny Sakrie menulis...


Country atau Folk memang bukan musik asli Indonesia.Musik ini bermuasal dan berkecambah di Amerika Serikat.Tapi sengaja atau tidak,bahkan sadar atau tidak musik asal Paman Sam ini pada kahirnya juga menjadi musik serapan di Indonesia.Selaiknya keroncong yang berasal dar...i Portugal termasuk dangdut yang berasal dari India. Lewat popularitas Elvis Presley yang juga memainkan country,rockabilly dan rockn'roll,itulah momentum country menyeruak di Indonesia.Oslan Husein di akhir era 50-an membuat lagu langgam karya Gesang "Bengawan Solo" menjadi berbau rockabilly.Memasuki era 60-an Rachmat Kartolo pun mengambil saripati country lewat ballada merajuk "Patah Hati". Di era 70-an ketika anak muda Indonesia keranjingan folk dan country,merebaklah nama nama seperti Remy Sylado,Jan Hartland,Iwan Abdurachman,Lemon Trees dengan punggawanya seperti Leo Kristi,Gombloh hingga Franky Sahilatua yang kemudian membuat duo Franky & Jane.Di akhir 70-an hingga era 80-an muncul Ebiet G Ade,Ully Sigar Rusadi,Iwan Fals,Doel Sumbang,Tom Slepe,Wanda Chaplin,Dama Gaok,Ritta Ruby Hartland,Elly Sunarya dan masih sederet panjang lainnya.Mereka kerap pula disebut penyanyi balada atau pun trubadur. Belakangan ini kounitas country folk ini mulai diriuhkan lagi di Bandung dan Jakarta.Terlebih lagi,secara diam diam dan patungan para pemusik yang melabelkan dirinya pada genre country/folk merilis album "Country Kuring". Album ini rasanya bisa disebut sebagai sebuah oase ditengah tengah musik yang seragam berceloteh tentang romansa dangkal yang membuat kita terpingkal-pingkal mendengarnya. Lewat tema yang diungkit,para pemusik country/folk ini bertutur tentang keseharian,tentang kepenatan hidup yang kian tak menjanjikan,tentang musibah yang tiada berkesudahan,tentang lingkungan yang diobrakabrik,juga tentang cinta dari sudut pandang yang tak seragam. Simak teriakan Mukti Mukti dalam "Doa Untuk Indonesia" : Jangan biarkan anak kita tak punya apa apa Jangan biarkan. Lalu ada Yuki & G Brut yang berceloteh tentang kemacetan di kawasan metropolis yang pikuk tiada jeda dalam "Macet Lagi".Musiknya pun bearoram gugat dalam perangai southern rock yang terkadang menyelip atmosfer blues. Ada juga nuansa Bob Dylan yang tertangkap pada lagu "No One" yang dilantunkan Rull Darwis dan The Undercover. Tapi ada juga yang berarama pop arus besar seperti seperti pada lagu ":Menggapaimu" yang disenandungkan Karina Parashati.Maunya mungkin ingin bergaya folk,tapi liriknya tak jauh beda dengan band0band pop yang tiap pagi nampang di layar kaca : Mungkin aku tak sempurna Dan tak mungkin menggapaimu Entah kenapa lagu berkonotasi pop seperti ini menyempil di album ini ?. Untunglah masih ada penyanyi bertutur era 80-an Ritta Ruby Hartland yang tampil membawakan karya sosok mbeling Remy Sylado bertajuk "Tiap hari Kita Bikin Hari Minggu",sebuah judul yang seolah menerawangkan hedonisme berkesinambungan.Tapi liriknya cukup menggelitik : Tapi jangan ajar anak kita main bedil Nanti dia kehilangan perasaan Lebih baik ajar anak kita main cinta Biar paham arti kehidupan. Sebuah road song pun bisa kita simak pada lagu "Pantai Padang Bay" yang dibawakan oleh Ary Juliant.Dengan memperdengarkan suara serta gesekan biolanya yang berpadu dengan petikan banjo Ary berupaya mengeksplorasi notasi etnik pula. Sebuah album yang komprehensif perihal musik country atau folk yang telah mengIndonesiana.. Tracklist 1.Nuansa 2.Bandungku Sayang,Bandungku Yang malang 3.Macet Lagi 4.Kuakui 5.Pohon Tua 6.No One 7.Doa Untuk Indonesia 8.Regret 9.Menggapaimu 10.Pantai Padang Bay 11.Kucing dan Anjing 12.Rockabilly Joe 13.Don't Care At All 14.Tiap hari Kita Bikin Hari Minggu 15.Prahara Aceh 16.Terpaksa Bercinta