Senin, 10 Agustus 2009

Nostalgia : Franky and Jane

Tapi dia memilih pergi dengan kereta malam. Sebab ada rindu pada orang tuanya yang sudah tidak tertahankan. Lalu dengarkan dia bersenandung lirih: Duduk di hadapanku seorang ibu/dengan wajah sendu, sendu kelabu/penuh rasa haru ia menatapku/seakan ingin memeluk diriku/dia lalu bercerita tentang/anak gadisnya yang t'lah tiada/karna sakit dan tak terobati/yang wajahnya mirip denganku…

Tapi itu hanya syair lagu Perjalanan yang dibawakan duet Franklin Hubert Sahilatua & Jean Maureen Sahilatua yang popuper di tahun 1970-1980-an silam. Franky & Jane kakak beradik bermarga Sahilatua pertama dikenal publik lewat album mereka yang berjudul Musim Bunga. Sebenarnya album yang diproduksi tahun 1978 tersebut adalah album ke dua dari nyong Ambon kelahiran Surabaya tersebut, namun baru di album Musim Bunga tersebutlah mereka mulai populer.

Duo tersebut segera menyita perhatian publik karena pilihan warna musiknya yang berbeda dari warna kebanyakan. Warna country dan lagu-lagu balada yang diusung duo tersebut, dengan musik yang sederhana. Acuh tapi manis Dengan suara gitar yang sangat menonjol, sedikit sentuhan aksentuasi dram, sedang suara biola memberi suasana dan latar belakang. Franky sendiri dengan terus terang mengakui banyak dipengaruhi John Denver, sedang Jane baik warna suara maupun kecenderungannya dalam menginterpretasikan lagu condong pada Melani yang cenderung meliuk-liuk dan merintih.

Dari segi lirik, lagu-lagu Franky & Jane hanya sedikit yang berbicara tentang cinta. Tapi Franky & Jane berhasil membuktikan bahwa meski tidak menjual cinta, namun mereka tetap bisa eksis. Simak saja judul-judul seperti Jaka Tarub, Bis Kota, Kepada Angin dan Burung-Burung tidak semuanya berisi lagu cinta platonis. Seperti halnya puisi-puisi Taufiq Ismail yang banyak dibawakan oleh Bimbo, demikian juga Franky & Jane banyak membawakan puisi dari Yudhistira Ardi Nugraha. Lihat saja dari 12 lagu di album Musim Bunga, 6 di antaranya adalah puisi karya Yudhistira Ardi Nugraha: Dari Sepi Ke Sepi Kembali, Perjalanan, Nyanyian, Benua Baru, Pelabuban, Pekerja.

Franky juga secara santun berani mengungkapkan ketidakadilan dalam masyarakat, satu hal yang sangat dianggap tabu di masa itu. Paling tidak, dia menunjukkan ke khayalak bahwa country tak hanya bisa akrab dengan cowboy-cowboy di Amerika. Bahkan album country daerahnya memperoleh penghargaan di ajang kompetisi bergengsi AMI (Anugerah Musik Indonesia). Keberhasilan album-album Franky & Jane, mulai dari Musim Bunga, Kepada Angin, hingga Burung-Burung, Dan Ketuk Semua Pintu, Panen Telah Datang, Di Ladang Bunga, Siti Julaeka, membuktikan bahwa pilihan music country-nya bukanlah pilihan asal tampil beda, tapi merupakan kesatuan semangat nyanyian hati seperti menyatunya petani dengan sawah ladang serta kicau burung di antara derai tawa anak-anak desa dan menyatunya pohon-pohon dengan suara kecipak air sungai, suasana alam pedesaan yang menawan. Simak saja syair Kepada Angin dan Burung-Burung:“…kepada angin dan burung-burung/matahari bernyanyi/tentang daun dan embun jatuh/sebelum langit terbuka…” atau pada lagu Semusim Sekali: “…senda gurau gadis tani/kicau burung yang bernyanyi/pada musim petik buah/di gunung jadi riang dan berseri…”

Franky memulai karier bermusiknya pada 1973 di Bengkel Musik "Lemon Trees" yang bermarkas di Surabaya. Di sana dia bertemu dengan musisi-musisi kawakan pada masanya, sebut saja Gombloh, Leo Kristi dan Arthur Kaunang. Meski Franky tidak bertahan lama di bengkel musik tersebut, namun harus diakui pergaulan Franky dengan mereka mampu memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi kelangsungan karirnya. Dan tahun 1977 dia memutuskan untuk merantau ke Jakarta.

Selain dikenal karena duonya dengan Jane, Franky juga mencoba bersolo karier. Awal debutnya menghasilkan album Balada Wagiman Tua yang dirilis pada tahun 1982, berturut-turut beberapa album dihasilkan, salah satunya Lelaki & Telaga berhasil mendapat simpati dari masyarakat. Selain itu, Franky juga sempat menciptakan lagu Kemesraan yang dibawakan oleh Iwan Fals, lagu yang sempat menjadi lagu wajib anak-anak muda di tahun 1980-an. Selain itu keberhasilan lagu 'Terminal', 'Orang Pinggiran', dan 'Menangis', tak lepas dari pertemanannya dengan Iwan Fals atau Emha Ainun Nadjib yang menyumbangkan lagu 'Perahu Retak'-nya kepada Franky Sahilatua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar